TANAH DATAR,Kupasonline - Dalam rangka mewujudkan Visi Kabupaten Tanah Datar yang "madani", yang berlandaskan adat bersandi syarak...
TANAH DATAR,Kupasonline - Dalam rangka mewujudkan Visi Kabupaten Tanah Datar yang "madani", yang berlandaskan adat bersandi syarak, syarak bersandi Kitabullah, maka pemerintah daerah memanfaatkan seluruh potensi yang ada untuk pencapaian hasil secara maksimal.
Salah satunya melalui kesenian tradisional Salawat Dulang, karena didalamnya sarat dengan muatan agama Islam, sejarah nabi Muhammad serta pembangunan moral mengingat dahsyatnya gempuran modernisasi terhadap adat, budaya dan agama.
Eka Putra sangat mengapresiasi kegiatan ini, "salah satu tradisi masyarakat yang harus tetap dilestarikan sebagai kekayaan budaya masyarakat di Minangkabau", ungkap nya.
Hal tersebut disampaikan Bupati Eka Putra saat menghadiri acara kesenian tradisional asli Minangkabau Salawat Dulang atau salawat Talam di Masjid Al Mubaraq Nagari Andaleh Batipuh pada Rabu malam 11 Mai 2022.
Tampak hadir pada acara tersebut Camat Batipuh Khairunnas, Wali Nagari Andaleh, Ketua KAN, BPRN, Niniak mamak, Bundo K anduang, cadiak pandai, alim ulama serta tokoh masyarakat setempat.
Menurutnya Salawat Dulang atau Salawaik Dulang adalah sastra lisan Minangkabau yang bertemakan Islam.
Sesuai dengan namanya, Salawat dulang berasal dari kata salawat yang berarti salawat atau doa untuk nabi Muhammad SAW, dan dulang atau talam, yaitu piring besar dari Loyang atau logam yang biasa digunakan untuk makan bersama.
Salawaik dulang biasanya ditampilkan oleh minimal dua klub dan diiringi tabuhan pada ‘dulang’, yaitu nampan yang terbuat dari bahan kuningan atau bahan lainnya. Dalam bahasa sehari-hari, sastra lisan ini hanya disebut ‘salawat’ ataupun ‘salawek’ saja.
Secara "bertingkah" dan bersamaan dua orang "pendendang", menceritakan sejarah nabi Muhammad, pengembangan dakwah serta siar nya Islam, dengan diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar itu.
Pertunjukanya biasanya dilakukan dalam rangka memperingati hari-hari besar agama Islam dan ‘alek nagari’. Pertunjukan ini tidak dilakukan di kedai (lapau) atau lapangan terbuka, namun biasanya hanya dipertunjukkan di tempat yang dipandang terhormat seperti masjid, mushalla atau surau.
Eka Putra berharap kesenian tradisional Salawat Dulang ini perlu dilestarikan, kegiatan ini dapat menjadi sarana silaturahmi dan berkumpulnya masyarakat, saling berkomunikasi, dan menciptakan kontrol sosial sesama anggota masyarakat.
Sehingga dapat menjadi kekuatan untuk menangkal paham-paham radikal maupun aliran-aliran sesat, yang menjadi tantangan dalam kehidupan bermasyarakat, yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan di nagari.
Lebih lanjut disampaikan Eka Putra, di bidang adat dan budaya pemerintah juga telah menganggarkan peningkatan biaya operasional KAN, LKAAM, bundo kanduang dan organisasi keagamaan. “Kita berharap adat dan budaya di Tanah Datar semakin kokoh, sebagai ciri khas dan kebanggaan luhak nan tuo,” tambahnya.
Diakhir sambutannya, Eka Putra juga mengharapkan semua program-program yang telah dicanangkan untuk pembangunan di Tanah Datar, dapat berjalan dengan baik, dan memberikan hasil yang baik untuk kesejahteraan masyarakat Tanah Datar. (Rizal).
COMMENTS