KUPASONLINE.COM — Anggota Komisi VIII DPR RI menegaskan pentingnya peran dunia pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sebagai upaya menciptakan generasi yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia. Hal itu disampaikan dalam kegiatan “Ngobrol Pendidikan Islam” yang digelar di Kabupaten Pesisir Selatan, Minggu (6/10/2025).
Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan yang mengusung tema Moderasi Beragama dalam Dunia Pendidikan tersebut.
“Melalui kegiatan ini, kita berdiskusi bagaimana pendidikan Islam dapat terus berkembang sejalan dengan nilai toleransi, kebangsaan, dan cinta tanah air,” ujarnya.
Menurutnya, pendidikan memiliki peran penting dalam membangun peradaban bangsa. Nilai-nilai agama, budaya, dan kebangsaan harus ditanamkan sejak dini agar lahir generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia.
“Pendidikan Islam memiliki dua peran utama: memperkuat iman dan takwa peserta didik serta membentuk sikap kebangsaan yang toleran dan menghargai perbedaan,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini, seperti munculnya fenomena intoleransi, ujaran kebencian, hingga infiltrasi paham radikal. Dalam konteks inilah, kata dia, konsep moderasi beragama menjadi solusi agar pendidikan Islam menghadirkan wajah agama yang sejuk, adil, dan rahmatan lil ‘alamin.Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa moderasi beragama berarti bersikap adil, seimbang, dan tidak ekstrem dalam memahami ajaran agama. Konsep ini, menurutnya, berakar kuat dari nilai-nilai Islam yang menegaskan posisi umat Islam sebagai umat wasath, atau umat yang berada di tengah-tengah.
Empat indikator moderasi beragama juga turut dijabarkan, yakni komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal.
Dalam konteks pendidikan, ia menekankan bahwa sekolah dan madrasah memiliki posisi strategis dalam membentuk karakter generasi muda. “Guru dan dosen menjadi teladan, sekaligus benteng dalam mengantisipasi paham radikal dan intoleran,” tuturnya.
Editor : Sri Agustini