KUPASONLINE.COM – Anggota Komisi VIII DPR RI, Dr. Hj. Lisda Hendrajoni, S.E., M.M.Tr., menegaskan bahwa peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia harus dimulai dari penguatan karakter anak didik. Hal ini disampaikan dalam kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (NGOPI) bertema “Peningkatan Kualitas Pendidikan melalui Penguatan Karakter Anak Didik” yang digelar di Kabupaten Pesisir Selatan, Selasa (7/10/2025).
Dalam paparannya, Lisda menyebut bahwa tantangan pendidikan di era modern bukan lagi sekadar mencetak peserta didik yang cerdas secara akademik, melainkan juga membentuk pribadi yang berkarakter kuat, berakhlak mulia, dan memiliki semangat kebangsaan.
“Kita tidak hanya butuh anak-anak yang pintar, tapi juga yang jujur, disiplin, toleran, tangguh, dan berakhlak. Itulah yang disebut pendidikan berkarakter,” ujar Lisda.
Ia menegaskan bahwa pendidikan nasional sejatinya bertujuan membentuk manusia Indonesia seutuhnya cerdas intelektual, sehat jasmani, matang emosional, dan kokoh spiritual. Namun, realitas menunjukkan banyak generasi muda yang unggul di bidang akademik tetapi lemah dalam karakter akibat pengaruh lingkungan dan era digital.
Karena itu, menurutnya, pendidikan berbasis nilai, akhlak, dan karakter menjadi kebutuhan mendesak. “Pendidikan harus berakar pada moralitas, tidak hanya mengajarkan pengetahuan tapi juga membentuk kepribadian,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Lisda juga menjelaskan peran strategis Komisi VIII DPR RI yang menjadi mitra kerja Kementerian Agama. Komisi ini memiliki tanggung jawab dalam bidang agama, sosial, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan pendidikan keagamaan.
“Kami mendorong peningkatan kualitas madrasah, pesantren, serta sekolah Islam agar menjadi pusat pendidikan karakter. Termasuk memastikan kesejahteraan guru dan tenaga pendidik karena pendidikan karakter tak bisa berjalan tanpa guru yang sejahtera,” jelasnya.Lisda menilai bahwa moderasi beragama memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak didik yang toleran dan terbuka. Moderasi, kata dia, bukan berarti melemahkan keyakinan, melainkan meneguhkan sikap adil dan seimbang dalam memahami ajaran agama.
“Moderasi adalah jalan tengah yang meneguhkan iman, bukan kompromi terhadap akidah. Ini penting untuk menjaga generasi muda dari sikap ekstrem,” ujarnya menegaskan.
Ia juga mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun pendidikan karakter. Sekolah, madrasah, pesantren, guru, orang tua, dan masyarakat harus saling berperan.
Editor : Sri Agustini