Dulang Cuan E-commerce di Tengah Pandemi Corona

Pandemi virus corona ‘memukul’ beragam usaha. Namun, platform online menjadi salah satu pengecualian. Ilustrasi. 
Jakarta, Kupasonline — Pandemi virus corona ‘memukul’ beragam usaha dari mulai toko tradisional, restaurant, kafe, salon hingga mal. Hanya segelintir yang bertahan karena menyangkut kebutuhan pokok banyak orang. 
Namun, di tengah pandemi tersebut, pedagang online justru ‘kebanjiran’ order. Pasalnya, imbauan social distancing dan work from home membuat pelanggan ‘lari’ belanja ke platform online. Belanja bisa dilakukan sambil duduk dan barang yang dibeli akan diantar hingga depan pintu rumah.
Senior Vice President Trade Partnership Blibli Fransisca K. Nugraha menyebut ada peningkatan transaksi dalam Blibli, terutama untuk produk makanan segar, vitamin, suplemen, dan obat-obatan. Fransisca mengungkap lonjakan mulai dirasakan sejak pemerintah mengimbau masyarakat untuk berada di rumah dan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah.
Sayangnya, Fransisca tidak bisa membuka berapa persen lonjakan transaksi Blibli.
“Benar terdapat peningkatan transaksi di Blibli karena pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap berada di rumah. Sehingga, tren belanja pun juga beralih ke platform online,” katanya pada Kamis (2/4).
Dia menyebut perubahan juga terjadi pada pencarian produk pelanggan. Ada perbedaan sebelum dan sesudah memasuki masa kerja dari rumah. Hal ini ditunjukkan oleh pencarian produk sanitasi, makanan ringan, serta makanan instan yang melonjak. Selain itu, menurut Fransisca makanan segar, multivitamin dan suplemen pun sangat digandrungi oleh pelanggan.
Selain itu, perusahaan juga memberlakukan pembatasan pembelian demi memastikan ketersediaan stok dan untuk menghindari pembelian berlebih. Blibli membatasi pembelian maksimal dua produk untuk produk sembako seperti beras, minyak, dan mie instan.
Setali tiga uang, keadaan serupa juga terjadi pada e-commerce raksasa lainnya, Bukalapak. Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono menyatakan bahwa saat ini kenaikan cukup signifikan, bahkan mencapai dua digit. Dia tak dapat menjelaskan secara rinci angka pertumbuhan.
Namun Intan mengungkap barang-barang elektronik dan rumah tangga saat ini tengah naik daun.
“Seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat akan perlindungan kesehatan, kami juga mencatatkan kenaikan pada produk kesehatan dan alat penunjang seperti makanan pokok dan alat pendukung kerja dari rumah,” paparnya.
Dia juga memastikan para penjual dan produsen di platform yang disediakan perusahaan tak akan melambungkan harga jual meski barang dagangan sedang laris manis.
Selanjutnya, Tokopedia pun menyebut data internal perusahaan menunjukkan kenaikan transaksi terjadi pada produk kesehatan dan kebutuhan pokok seperti masker kesehatan, cairan antiseptik dan makanan sehat.
VP Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak menyatakan bahwa pihaknya telah menghukum ribuan lapak online nakal yang memanfaatkan situasi saat ini. Penutupan permanen dilakukan kepada mereka yang melakukan penipuan atau pun menggelembungkan harga produk-produk mendesak yang banyak dicari.
“Tokopedia telah menutup permanen ribuan toko online dan melarang tayang puluhan ribu produk yang terbukti melanggar. Kami juga terus melakukan sweeping berkala untuk memastikan produk yang dijual dalam platform Tokopedia sesuai dengan peraturan,” ucapnya.
Di balik dulang cuan pelaku e-commerce, pedagang di pasar tradisional ‘menjerit’ akibat kehilangan pelanggan. Humas Pasar Jaya Amanda Gita mengungkap akibat penerapan social distancing, pasar tradisional Pasar Jaya mengalami penurunan omzet yang cukup dalam.
Untuk menekan kerugian para pedagang, Gita mengatakan bahwa sosialisasi belanja online pun terus dilakukan. Dia berharap lewat fitur sosial media para pedagang masih masih dapat memasarkan dagangan mereka dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
“Untuk sekarang penjualan yang paling diminati adalah empon-empon dan sayur serta buah-buahan,” pungkasnya. (*/wan)

Pos terkait