Kejar Penurunan Stunting, Rilis Data Prevalensi Stunted di Solok Selatan

×

Kejar Penurunan Stunting, Rilis Data Prevalensi Stunted di Solok Selatan

Bagikan berita
Foto Kejar Penurunan Stunting, Rilis Data Prevalensi Stunted di Solok Selatan
Foto Kejar Penurunan Stunting, Rilis Data Prevalensi Stunted di Solok Selatan

Padang Aro, Kupasonline--- Pemerintah Kabupaten Solok Selatan terus melakukan intervensi langsung dalam upaya penurunan angka stunting. Terbaru, pemerintah merilis data prevalensi balita stunted se-Kabupaten Solok Selatan untuk selanjutnya dilakukan penilaian oleh tim khusus stunting.Wakil Bupati Solok Selatan sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diwakili oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Solok Selatan Taufik Efendi, mengatakan data tersebut berasal dari pengukuran tinggi badan balita di Solok Selatan. Data ini nantinya akan digunakan mempertegas komitmen pemerintah daerah dalam penurunan stunting.

"Hasil pengukuran tinggi anak di bawah lima tahun dan publikasi data stunted digunakan untuk memperluas komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam gerakan bersama penurunan stunting," kata Taufik di Kantor Bappeda Solok Selatan, Jumat (25/11/2022).Pemerintah kabupaten juga menghimbau perangkat daerah, camat, Kepala OPD, Kepala Puskesmas, dan seluruh jajaran yang tergabung dalam TPPS untuk memegang fungsi dan tanggungjawab sesuai regulasi yang diatur dalam surat Keputusan Bupati Nomor 400.146 Tahun 2022 tentang Penetapan TIM TPPS.

Selain itu, juga diharapkan untuk melakukan kerjasama yang intensif, melakukan pemantauan dilapangan sehingga melihat langsung kebersihan lingkungan, kondisi dan perkembangan anak balita, serta memberi informasi pola asuh anak balita sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting.Dalam data yang dipublikasikan, dari pengukuran tinggi badan 10.666 balita dengan usia 0-59 bulan di Solok Selatan, ditemukan prevalensi stunted sebesar 3,4% atau sebanyak 364 orang. Pengukuran dilakukan di seluruh kecamatan melalui Puskesmas.

Prevalensi stunted paling tinggi berada di Kecamatan Sangir Jujuan dengan prevalensi sebesar 8,2% dari total 929 balita. Diikuti kemudian oleh Kecamatan Sangir Batang Hari sebesar 7,7% dari total 862 balita.Posisi ketiga dengan angka balita stunted tertinggi adalah Kecamatan Sangir Balai Janggo, dimana dari 1.249 balita terdapat 4,1% yang mengalami stunted. Sedangkan posisi keempat adalah Kecamatan Sungai Pagu dengan prevalensi 3,4% dari 2.096 balita.

Sedangkan posisi tiga terbawah diisi oleh Kecamatan KPGD, Kecamatan Pauh Duo, dan Kecamatan Sangir dengan prevalensi secara berturut-turut 3,3% dari 1.795 balita, 1,7% dari 1.485 balita, dan 0,7% dari 2.250 balita.Untuk diketahui, stunted adalah anak dengan perawakan pendek yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur berada di bawah -2 SD (standar daviasi). Standar ini telah ditentukan berdasarkan standar baku WHO multicentre growth reference study tahun 2006.

Stunted ini menjadi salah satu indikator balita stunting berdasarkan Peraturaan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. Di samping juga ada indikator lainnya, yakni gangguan perkembangan, gangguan gizi kronik, dan penyakit infeksi berulang.Stunting ini memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak. Untuk jangka pendek bisa berdampak pada terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan, terganggunya pertumbuhan fisik, dan terganggunya metabolisme.

Sedangkan dalam jangka panjang akan berakibat pada menurunnya kemampuan kognitif, perkembangan fisik, dan prestasi, kemudian menurunnya kekebalan tubuh, dan beresiko mengalami penyakit degeneratif.Solok Selatan telah membentuk TPPS, yang merupakan tim lintas sektor yang ditujukan untuk intervensi teknis dan intervensi sensitif atas kemungkinan dan kasus stunting. (mrl)

Editor : Sri Agustini
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini