Film Dear David Penuh Kontroversi, Gejola Fantasi Liar Seorang Remaja

×

Film Dear David Penuh Kontroversi, Gejola Fantasi Liar Seorang Remaja

Bagikan berita
Foto Film Dear David Penuh Kontroversi, Gejola Fantasi Liar Seorang Remaja
Foto Film Dear David Penuh Kontroversi, Gejola Fantasi Liar Seorang Remaja

KUPASONLINE.COM Dear David menjadi salah satu film Indonesia yang paling banyak dibahas sepanjang bulan ini. Film ini memicu perbincangan di media sosial karena mengangkat kisah pencarian jati diri dengan menyentuh topik-topik yang tabu.Netizen ramai-ramai melontarkan komentar soal film tersebut, mulai dari yang bernada positif hingga kritik pedas. Beragam reaksi itu tak lepas dari penulisan cerita Dear David yang berlatar tentang kehidupan remaja SMA.

Film ini dianggap jelek, padahal ada enam isu penting yang diangkat mulai dari bad girl vs good girl, perempuan dan fantasi seksual, hubungan ibu dan anak perempuannya, salah paham tentang pelecehan seksual, kritik terhadap institusi pendidikan, dan isu kesehatan mental. Sepertinya saya tidak perlu lagi memberi spoiler alert karena sudah banyak yang menonton film ini.Bad Girl vs Good Girl

Film yang disutradari oleh Lucky Kuswandi ini mengisahkan tentang tokoh utama remaja bernama Laras (Shenina Cinnamon) yang memiliki fantasi seksual terhadap seorang lelaki di sekolahnya, David (Emir Mahira). Laras sering menuliskan fantasi seksualnya ini di website menulis (zaman sekarang banyak website atau aplikasi untuk menulis seperti ini), tapi Laras tidak pernah mempublikasikannya.Suatu hari, Laras tak tahan untuk menuangkan fantasinya di komputer sekolah dan sialnya ada teman sekolahnya yang menemukan draft tulisan Laras dan mempublikasikannya. Tulisan Laras pun viral dan tersebar luas. Namun, karena image Laras adalah gadis dari keluarga sederhana penerima beasiswa yang berprestasi, ia tidak dicurigai. Dilla (diperankan Caitlin North Lewis), murid yang senang berpose seksi di akun media sosial yang justru jadi tersangka utama di sekolah dan dicibir oleh teman-temannya.

Perempuan dan Fantasi SeksualStempel bad girl dan good girl mengkotak-kotakkan bahwa hanya perempuan tidak baik-baik yang punya fantasi seksual seperti penulis cerita Dear David. Padahal, fantasi seksual adalah hal yang wajar dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan. Kenapa ketika perempuan punya fantasi seksual maka ia disebut bad girl sedangkan laki-laki jika punya fantasi seksual disebut wajar namanya juga laki-laki? Tidak heran di film ini, tuduhan langsung tertuju kepada Dilla yang sudah punya stempel bad girl karena penampilannya.

Salah Paham Tentang Pelecehan SeksualPenonton yang memberi rating jelek, banyak yang menganggap film ini mengglorifikasi perempuan pelaku pelecehan seksual. Padahal, Laras tidak melecehkan David. Ia hanya menuangkan fantasi seksualnya ke dalam tulisan dan disimpan di draft, tidak pernah dipublikasikan. Ia tidak pernah melecehkan David di depan publik. David bukan dilecehkan oleh Laras melainkan oleh teman-temannya yang membaca cerita ini setelah viral dan mengejek David secara seksual, di sekolah.

Mengkritik Institusi PendidikanKesalahan pertama pihak sekolah ketika cerita Dear David viral adalah tidak memberi perlindungan kesehatan mental kepada David dan malah fokus mencari siapa penulis cerita tersebut dengan alasan bikin malu sekolah, juga membawa-bawa moral dan agama. Pihak sekolah terlalu fokus memulihkan nama baik sekolah ketimbang memulihkan kesehatan mental David yang mungkin terganggu akibat kasus ini. Tiba-tiba sekolah mengadakan pertemuan untuk edukasi seks bagi para murid tapi tetap tidak menunjukkan pihak sekolah peduli kepada kondisi psikologis David. Bahkan ketika pihak sekolah akhirnya mengetahui bahwa penulis cerita itu adalah Laras namun bukan Laras yang menyebarkan, pihak sekolah masih saja memberi hukuman kepada Laras dan tidak memberi hukuman kepada Gilang (si penyebar konten).

Aksi Laras yang membela dirinya di akhir film (dan lagi-lagi mendapat kritik warganet karena kok pelaku pelecahan tiba-tiba jadi hero) menurut saya justru sangat masuk akal. Kadang harus ada murid yang bisa seberani Laras untuk mengkritik institusi pendidikan yang kolot.Hubungan Ibu dan Anak Perempuan yang Sehat

Seringkali kita melihat hubungan yang tidak sehat antara ibu dan anak perempuannya, apalagi jika anak perempuan selalu dituntut untuk menjadi good girl. Salah satu yang saya sukai dari film ini adalah hubungan yang baik antara Laras dengan ibunya. Saat akhirnya sang Ibu mengetahui perbuatan Laras dan Laras terancam kehilangan beasiswa bahkan kehilangan kesempatan masuk perguruan tinggi impiannya, sang ibu malah memberinya dukungan untuk mencari kampus lain.Kamu jadi anak ibu saja sudah cukup. Dialog yang sangat jarang kita dengar dari seorang ibu yang mendapati anak perempuannya melakukan hal yang tidak senonoh, apalagi Laras merupakan good girl kebanggaan ibu sebelumnya.

Masalah Kesehatan MentalFilm ini memang terlihat lemah dalam mengeksplorasi isu kesehatan mental. Ketika David mengetahui bahwa pelakunya adalah Laras, ia malah bersekutu dengan Laras untuk mendekati Dilla (sebagai imbalan tutup mulut). David memang sudah lama menyukai Dilla. Plot ini memang tampak aneh. Ditambah ada adegan David tiba-tiba terkena serangan panik di hutan dan ia bercerita hal ini diturunkan dari ibunya yang dulu sering mood swing.

David justru tenang setelah Laras menggenggam tangannya dan menceritakan fantasinya (memang tidak seperti fantasi di cerita Dear David yang viral, tapi tetap saja aneh). Ketika David menemui psikiater di akhir film, penonton menyimpulkan bahwa hal itu bukan untuk memulihkan traumanya karena menjadi korban pelecehan seksual, tapi karena gangguan jiwa yang mungkin diturunkan dari ibunya.Saya coba lagi memutar cerita ini. Apa jangan-jangan saya salah tebak. Mungkin saja David bisa bersekutu dengan Laras karena merasa Laras bukan pelaku pelecehan seksual terhadap dirinya (pada akhirnya David memukul Gilang yang menyebarkan cerita itu).

Editor : Sri Agustini
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini