Cara Mengolala Keungan Disaat Ekonomi Tidak Stabil

×

Cara Mengolala Keungan Disaat Ekonomi Tidak Stabil

Bagikan berita
Foto Cara Mengolala Keungan Disaat Ekonomi Tidak Stabil
Foto Cara Mengolala Keungan Disaat Ekonomi Tidak Stabil

KUPASONLINE.COM Ekonomi globalEkonomi global masih diselimuti oleh ketidakpastian seiring dengan perang Rusia-UkrainaRusia-Ukraina yang masih berlangsung.Ketegangan geopolitik ini berimbas pada terganggunya rantai pasok, sehingga harga-harga pangan dan komoditas energi melambung.

Hal ini pun membuat inflasi di sejumlah negara melonjak. Untung mengendalikan inflasi, bank sentral di negara-negara tersebut pun mengerek suku bunga acuan.Dalam proyeksi terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut ekonomi dunia tahun ini alih-alih tumbuh, justru akan mengalami kontraksi sebesar 4,9%. Seperti tren dunia, Indonesia juga akan gagal mencetak pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Proyeksi IMF, ekonomi Indonesia akan turun 0,3%.

Mengelola pengeluaraanMengelola pengeluaraan di masa krisisNamun kita tidak perlu terburu kecil hati. Bahkan, IMF pun memperkirakan Indonesia akan masuk dalam kelompok negara yang cepat mengalami pemulihan setelah pandemi berlalu. Optimisme itu sejalan dengan proyeksi IMF atas pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan yang sebesar 6,1%.

Ini tentu proyeksi yang membesarkan hati kita semua. Sekarang tinggal bagaimana kita pintar-pintar mengelola keuangan masing-masing agar selamat melalui tahun 2020 yang penuh dengan rintangan. Lalu, bagaimana cara kita untuk mengelola keuangan? Berikut, tipsnya yang diambil dari pengalaman kita melalui dua krisis tersebut.1. Hindari panik

Saran ini terdengar sangat mudah untuk dilakukan. Namun percayalah, tidak mudah untuk tidak terjebak dalam kepanikan saat kita berada di situasi krisis. Menjelang atau selama masa krisis, kita akan mendengar banyak rumor ini itu, atau bahkan hoax. Nah, di saat menerima kabar yang belum jelas kebenarannya, kita sebaiknya tidak langsung bereaksi. Cek dan ricek terlebih dulu informasi yang kita terima, daripada kita menyesal belakangan.2. Menunda pengeluaran yang tidak perlu

Selama krisis, sikap paling bijak dalam mengelola keuangan adalah menahan pengeluaran sebisa mungkin. Mengapa? Karena di masa krisis, ada risiko arus masuk uang kita akan tersendat. Misal, kamu yang berstatus karyawan terancam mengalami pemangkasan gaji. Atau yang berbisnis, bisa jadi mengalami penurunan omzet.Di saat arus kas masuk berjalan perlahan, maka yang perlu kita lakukan tentu menyetel arus keluar uangmu di kecepatan yang sama. Ini artinya, kamu perlu menyusun ulang skala prioritas pengeluaran. Tundalah berbagai pengeluaran yang tidak perlu. Di masa pandemi, biaya yang bisa ditunda misalnya biaya berekreasi atau makan di luar.

3. Lunasi utang yang menumpukHal lain yang bisa kita lakukan untuk menyesuaikan arus kas keluar dengan arus masuk dana adalah mengurangi utang, terutama yang berbunga tinggi seperti bunga kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), dan pinjaman online. Kamu bisa menutup utang berbunga tinggi ini dengan menjual aset, mencairkan investasi, atau memakai dana darurat. Ketika utang sudah dibayar, segera kembalikan posisi aset, investasi, dan dana darurat ke level yang ideal.

Melunasi utang termasuk strategi mengurangi beban karena selama krisis biasanya bunga utang akan naik. Berarti, jika kamu masih memiliki utang, kamu akan menghadapi kemungkinan peningkatan biaya.4. Disiplin anggaran

Selama melalui masa krisis, kita tidak hanya harus menyusun ulang bujet saja, tetapi juga benar-benar menjalankan anggaran tersebut. Memang, tidak mudah bagi kita untuk mengikuti anggaran yang berisikan pemangkasan pemasukan juga pengeluaran. Namun, kedisiplinan mengikuti rencana anggaran itu merupakan kunci kita untuk menjaga kesehatan keuangan kita selama krisis.5. Pilih instrumen investasi moderat

Kegiatan investasi tidak serta merta harus berhenti di masa krisis, termasuk selama pandemi COVID-19 ini. Bagaimanapun, investasi merupakan jalan bagi kita untuk mencapai tujuan finansial di masa depan. Yang perlu kita lakukan adalah mengocok ulang portofolio investasi hingga sesuai dengan kondisi di masa krisis.Lalu portofolio semacam apa yang paling sesuai dengan masa krisis? Tentu, portofolio yang condong ke aset-aset investasi yang memiliki tingkat risiko moderat, seperti reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, surat utang seperti ORI, SBR, atau sukuk ritel.

Editor : Sri Agustini
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini